Sabtu, 23 November 2024

Tragedi Kanjuruhan dalam Catatan Warganet

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Foto: Istimewa

Pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) berakhir ricuh. Bukan antar suporter kedua klub, tapi dengan aparat keamanan. Gas air mata yang ditembakan polisi ke arah tribun disebut-sebut menjadi biang kerok kepanikan suporter. Sebanyak 125 orang meninggal dunia dan hampir 300 orang luka-luka.

Unggahan warganet tentang tragedi ini langsung membanjiri sosial media, apa pun bentuk platformnya. Foto dan video terkait peristiwa ini dikirim dan dikirim ulang dari satu pengguna ke pengguna media sosial lainnya. Mulai tembakan gas air mata, langkah represif aparat, hingga kondisi korban.

Di Twitter, pada Minggu (2/10) tagar #Kanjuruhan menjadi topik populer, disusul #PrayForKanjuruhan dan #TNIAD pada Senin (3/10), lalu hari ini, Selasa (4/10) #kengeriandipintu13. Total dua ratus ribu lebih tweet dikirim dan dikirimkan ulang.

Redaksi suarasurabaya.net mengumpulkan sebagian rekaman yang terserak di Twitter tersebut. Berikut di antaranya:

Permohonan untuk memajukan jadwal

Warganet menilai pertandingan yang digelar pada malam hari lebih berisiko ricuh daripada diadakan sore hari, sekalipun pertandingan tersebut tanpa dihadiri suporter Persebaya.

Warganet menilai pertandingan Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang digelar terlalu malam. Foto: Tangkapan layar Twitter

Manajemen Arema FC telah mengirimkan surat permohonan perubahan jadwal dari Polres Malang ke PT Liga Indonesia Baru (LIB) dengan alasan keamanan. Polisi atas rekomendasi intelijen meminta pertandingan diadakan pada sore hari.

PT LIB menjawab rujukan tersebut dengan tetap ingin laga ini digelar sesuai jadwal, sembari meminta Panpel Arema FC berkoordinasi maksimal dengan kepolisian.

Surat rekomendasi Polres Malang untuk memajukan jadwal pertandingan Arema FC vs Persebaya. Foto: Istimewa

Tembakan gas air mata

Sejumlah video memperlihatkan tembakan gas air mata mengarahkan ke tribun yang masih penuh dengan penonton. Kesaksian warganet yang berada di tribun menyebutkan jika di sana juga ada anak dan perempuan. Beberapa warganet juga menyebutkan tembakan gas air mata dilakukan berkali-kali. Sebuah video dan beberapa foto mengabadikan momen saat asap pekat gas air mata menyelimuti satu sisi lapangan hingga suporter hanya terlihat ujung kepalanya.

Gas air mata di tribun Stadion Kanjuruhan. Foto: Tangkapan layar

Suporter yang kesakitan dan susah bernapas karena efek samping gas air mata otomatis panik, berusaha keluar dari stadion. Puluhan ribu manusia, anak dan dewasa, langsung menyerbu pintu keluar. Bersamaan dengan momen berdesak-desakan itu, sebagian dari mereka terjatuh, terinjak-injak, dan sesak napas.

Suporter di tengah asap pekat gas air mata. Foto: Tangkapan layar Twitter

Kondisi di luar Stadion Kanjuruhan saat kericuhan berlangsung, Sabtu (1/10/2022). Foto: Tangkapan layar Twitter

Aturan FIFA terkait pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Saferty dan Security Regulations) jelas berbunyi, No firearms or ‘crowd control gas’ shall be carried or used (senjata api atau ‘gas pengendali massa’ tidak boleh dibawa atau digunakan).

Namun, Irjen Pol Nico Afinta Kapolda Jatim dalam konferensi persnya di Malang, Jawa Timur pada Minggu pagi (2/10/2022) mengatakan bahwa penembakan gas air mata tersebut sudah sesuai prosedur pengamanan. Alasannya, tindakan penonton anarkis dan dianggap membahayakan keselamatan.

Akses keluar stadion

Sebuah video yang direkam korban menunjukkan serombongan suporter yang tidak bisa keluar karena pintu stadion tertutup. Sebuah foto yang diunggah warganet memperlihatkan tembok di samping pintu 13 berlubang. Suporter yang terjebak menjebol tembok itu untuk menyelamatkan diri.

Para penonton berdesak-desakan saat berusaha keluar dari pintu Stadion Kanjuruhan yang terkunci, Sabtu (1/10/2022). Foto: Tangkapan layar

Para penonton berdesak-desakan saat berusaha keluar dari pintu Stadion Kanjuruhan yang terkunci, Sabtu (1/10/2022). Foto: Tangkapan layar

Pada Minggu malam (2/10), Jenderal Listyo Sigit Prabowo Kepala Kepolisian Republik Indonesia mengumumkan sendiri saat tiba di Malang, Jawa Timur bahwa jumlah korban meninggal dunia mencapai 125 jiwa. Dinas Kesehatan setempat juga melaporkan ratusan lainnya mengalami luka-luka, baik ringan maupun berat.

Tindakan represif aparat

Saat masyarakat masih berusaha mencerna perihal gas air mata, beredar sebuah video amatir yang menangkap momen saat anggota TNI menendang tubuh dua orang suporter yang turun ke lapangan. Tepat ketika kaki itu diayunkan, mereka langsung tersungkur ke tanah.

Terekam dalam video, aparat TNI menendang salah satu sporter Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022). Foto: Kompas TV

Jenderal Andika Perkasa Panglima TNI, pada Senin (3/10) mengatakan akan menindak tegas oknum TNI tersebut. “Kami tidak akan mengarah pada disiplin, tetapi pidana, karena memang itu sudah sangat berlebihan. Itu bukan dalam rangka mempertahankan diri atau yang lain misalnya. Itu bagi saya masuk ke tindak pidana,” kata Andika.

Penanganan kasus oleh pemerintah 

Mahfud MD Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengatakan pemerintah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengungkap tragedi kelam di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/102022) malam.

Mahfud akan memimpin langsung tim yang terdiri dari pejabat kementerian terkait, organisasi profesi olahraga sepakbola, pengamat, akademisi, dan media massa ini.

Tim ditargetkan akan menyelesaikan tugasnya mengusut tragedi Kanjuran sekitar dua hingga tiga pekan ke depan.(iss/bil/rst)

 

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs